Rugby Indonesia, Dimana Kita Semua Bersaudara

Kata pepatah, “keluarga yang bermain bersama akan selalu tetap bersama”, dan hal tersebut juga berlaku di Rugby.

Kita semua layak memberikan pengharagaan bukan saja kepada para pemain Rugby di segala usia, melainkan juga kepada para orangtua yang turut melatih, mengantarkan anak-anaknya ke setiap pertandingan, juga menjadi sukarelawan sebagai wasit dan ofisial serta hormat juga kepada ribuan sukarelawan lain di klub-klub Rugby di seluruh dunia yang membuat Rugby menjadi sangat luar biasa! Rugby di Indonesia juga memiliki beberapa keluarga Rugby yang telah bersumbangsih terhadap pengembangan Rugby selama bertahun-tahun.

Trio Nye dimana almarhum Alan Nye merupakan salah satu pengembang aktif Rugby Junior dan Rugby Wanita merupakan salah satu “Bapak” Rugby Indonesia, bahkan ketika jumlah pemain masih hanya sedikit sekali. Kecintaannya kepada Rugby kemudian diteruskan oleh kedua putranya, David dan Steven. David sendiri pernah menjadi Penanggungjawab Pengembangan Rugby di Indonesia selama beberapa tahun, selain menjadi pelatih di beberapa klub sementara Steven hingga kini aktif di Rugby sosial dan Rugby veteran.

Keluarga Rugby di Jakarta tidak akan lengkap tanpa menyebut Keluarga Nugroho yang terdiri dari tiga sepupu bersaudara dimana Andrew Nugroho merupakan salah satu pendiri Indonesian Rugby Development di tahun 2004 sementara Richard dan Daniel Nugroho hingga kini merupakan anggota aktif Jakarta Banteng dan Jakarta Komodo Rugby Club.

Di Papua, Rugby seolah identik dengan para pemain dan pengurus dari keluarga besar Joku dan Deda termasuk Nico dan Theo Joku serta George Deda. Bersama keluarga besar serta dukungan dari teman-teman dan sanak saudara, jumlah pemain Rugby di Papua bertambah banyak dari tahun ke tahun.

Agus dan Jess Djamhoer juga merupakan contoh keluarga yang sangat cinta Rugby. Agus merupakan Wakil Ketum PRUI membidangi Pengembangan dan Jess adalah Kabid Rugby Wanita. Dikarenakan latar belakang keahlian medis dan pengetahuan medis Rugbynya, Jess sering juga terlihat mengelola tim medis di berbagai pertandingan dan turnamen di Indonesia. Baru-baru ini juga, Agus dan Jess membawa Tim Putri Junior Komodo Rugby untuk mengikuti turnamen The Black Dog Consultants All Girls Beach Festival di Hong Kong. Sungguh sebuah momen berkesan dimana bagi kebanyakan anggota tim, turnamen tersebut merupakan perjalanan pertama mengikuti kompetisi di luar negeri.

Di Bali terdapat pasangan Kurt dan Faiz Lovell yang diantara mereka berdua telah berkontribusi baik
sebagai tim medis, pelatih XVs maupun 7s, Koordinator Pengembangan Rugby di tiga kota dan kabupaten dan bahkan mengemban Ketua Pengprov PRUI. Bersama tim pengembangan Rugby Bali diantaranya Dharma, Wira dan Rhys, Kurt dan Faiz telah menunjukkan dedikasi luar biasa memajukan olahraga Rugby di Pulau Dewata.

Ketika seantero dunia tengah tersihir oleh demam Jonas Brothers, Rugby di Indonesia juga memiliki “Jonas Brothers”-nya sendiri dalam bentuk dua bersaudara Steven dan Justin Field serta “saudara” mereka lainnya, Scott dan Brandon Atkinson. Ke-empatnya telah beberapa kali bermain baik untuk Timnas Putra XVs maupun 7s dan bersama dengan ayah mereka masing-masing Simon Field dan Chris Atkinson, telah turut mensponsori Timnas Rhinos maupun Jakarta Banteng Rugby Club melalui Worldwide Petroleum Services (WPS) dan merk kacamata hitam Bambusee yang juga melaksanakan kegiatan amal operasi gratis katarak khususnya di Timur Indonesia.

Melalui kerja keras dari para keluarga Rugby di Indonesia serta dukungan ratusan insan Rugby lainnya, Rugby di Indonesia terus berkembang. Mungkin masih diperlukan bertahun-tahun dan banyak usaha tambahan agar Rugby dapat membumi di Indonesia namun dengan insan Rugby yang begitu bersemangat, setiap langkah kecil terasa lebih ringan karena dukungan Keluarga Besar Rugby Indonesia.